Amsterdam jadi tujuan pertama saya ketika backpacker ke Eropa karena visa dari Belanda tergolong mudah didapatkan dibanding visa dari negara Eropa lainnya. Proses imigrasinya pun tak susah.
“Mama mesti sujud syukur nih”, tukas Mama saya begitu lewat proses imigrasi Bandara Schipol Amsterdam. Baginya, itu perwujudan kelegaan karena rendang, ikan teri, dan berbagai macam makanan bawaannya lolos begitu saja. Padahal sebelumnya, kakak saya yang bolak balik ke Belanda sudah mewanti-wanti untuk membungkus makanan dengan aluminium foil agar tak terdeteksi cukai. Ya, imigrasi dan cukai Belanda tidak seseram yang saya kira, mereka tak menayakan berbagai macam hal. Bahkan, selepas imigrasi tak ada pemeriksaan x-ray lagi. Lebih ketat imigrasi Singapura, Australia, bahkan imigrasi India 😀 (baca: Di Bandara India, Saya Mesti Buka Payung!).
Untuk menuju kota Amsterdam dari bandara, saya menggunakan kereta bandara yang langsung terkoneksi dengan bandara. Jadi tak perlu keluar bandara lagi. Beli tiketnya bisa dilakukan di mesin, atau bisa juga dilakukan di konter tiket. Jangan lupa untuk mengaktifkan tiket yang telah dibeli di pintu masuk tiap peron.
Hotel West Side Inn Amsterdam yang kami inapi ternyata terletak agak jauh dari stasiun kereta, kami mesti naik tram lanjutan dari stasiun kereta Amsterdam Leylaan, lalu berjalan kaki lagi sekitar 500m. Karena hujan tak berhenti dan Mama kedinginan, akhirnya saya memutuskan untuk naik taksi menuju hotel.
Mama masih kedinginan, tapi saya malah tersenyum senang sebab penjaga dan staf hotel di sana bukan main gantengnya. Sepertinya rata-rata pegawai di sini campuran antara Eropa dan Timur Tengah. Mata terasa segaaar….
Sore hari, saya langsung mengajak Mama dan Tante saya berkeliling. Tak ada tujuan, karena sudah hampir malam dan mereka tampak lelah; saya hanya membawa mereka keliling naik tram melihat kota. Hotel yang saya inapi terletak dekat dengan Westlandgracht tram station, dan dilewati tram no 2, sehingga ke mana-mana saya naik tram ini.
Keliling kota Amsterdam memang enaknya naik tram, kalau tak bisa naik sepeda seperti Mama dan Tante saya. Tiket dapat dibeli di atas tram, akan ada petugas di dalam kotak kaca yang akan memberikan tiket. Mereka rata-rata ramah, mau ditanyai macam-macam. Tiket ini juga dapat dibeli di tourist information yang terletak di depan stasiun kereta api Amsterdam Centraal.
Ada banyak line tram di Amsterdam ini, namun rute paling sering saya naiki dan paling populer adalah line 1,2 dan 5 karena bermuara di Central Station dan melewati banyak atraksi wisata dan museum. Namun hampir semua tujuan wisata di Amsterdam dapat dicapai dengan menggunakan tram. (Baca: Apa yang harus dilakukan di Amsterdam).
Bagaimana dengan tiketnya? Ada beberapa jenis tiket tram. Ada tiket sekali naik, harganya jika tidak salah sekitar 1-2 Euro. Ada pula tiket terusan, yang berlaku 24, 48, atau 72 jam. Tiket satu hari berlaku 24 jam, jadi kalau membeli jam 7 malam, tiket berlaku hingga jam 7 malam keesokan harinya. Saran saya sih, beli tiket terusan ini karena lebih menguntungkan.
Harga tiketnya
- 7,5 euro untuk 24 jam
- 12 euro untuk 48 jam
- 16,5 euro untuk 72 jam
Ada pula Region Day Ticket. Region Day Ticket adalah tiket yang jangkauannya lebih luas, selain meng-cover semua transportasi di dalam kota Amsterdam, tiket ini juga menjangkau destinasi lain di pinggiran kota Amsterdam. Dua destinasi favorit yang bisa kita kunjungi adalah Zaanse Schaans dan Volendam. (Baca juga: menikmati kincir angin di zaanse schans)
Harga tiket ini adalah 13,5 euro yang berlaku selama 24 jam. Kalau ternyata ada itenerary ke kedua tempat tersebut, lebih baik beli tiket ini karena totalnya jauh lebih murah ketimbang beli satuan. yang perlu dingat adalah, tiket ini juga berlaku di dalam kota Amsterdam, artinya jika sudah mebeli Region Day Ticket ini tidak perlu lagi membeli Day Ticket. Region Day Ticket juga berlaku untuk moda transportasi Tram, Metro/Subway dan Bus yang berlogo GVB, Connexxion dan EBS.
Jangan lupa baca: Lihat Tulip di Ladangnya
Peta dan harga tiket tram serta tiket regional dapat dilihat di situs ini: i amsterdam
Siang mba, rencananya saya akan berpergian ke thailand ke phi phi island,
mw nannya nih thailand itu negara rasis ga ya mba ? soalnya saya mw bawa istri dan memakai jilbab, takutnya gmn2 gt,,,, makasih sebelumnya mba
salam traveler
LikeLike
Halo mas.. Sdh jd kah ke Thailand ? Thailand itu good people and gak rasis krn sy kesana bahkan pake cadar dan semuanya oke.. 🙂
LikeLike
Halo Ian,
Saya belum pernah ke Phi-Phi Island, tapi Thailand umumnya sih enggak rasis. Mereka welkom terhadap siapa aja, termasuk muslim. Di Bangkok banyak makanan halal dan masjid. Bgeitu juga di kota lain.
Sayangnya saya belum pernah ke Phuket, jadi enggak tahu banyak makanan halal atau enggak di sana. Tapi soal keamanan buat yang berjilbab, insyaAllah aman-aman aja.
LikeLike
Wah, pas nih. Tahun depan insyaAllah ke sana lagi. Makasih infonya..
PS: dapet diskon ga? *ngarep
LikeLike
Mbak maret saya sama istri mau ke eropa 2 mingguan nengok cucu di swedia. Pulang rencana dari roma. Kira jalur menarik dan hemat gimana
LikeLike